Lahirnya Si Batak Pengacara
fathurhoho

Lahirnya Si Batak Pengacara

Published by:
orang batak banyak jadi pengacaraKenapa orang batak banyak yang jadi pengacara?

Jika kita melihat berita politik di televisi atau internet misalnya, bisa dijamin pasti kita sering melihat para politisi-politisi berdarah batak yang bermunculan. Kenapa ya?

Kadang juga, kita sering melihat pamflet-pamflet di depan rumah atau kantor konsultan yang bertuliskan Jasa Advokat, jasa ini jasa itu (yang berbau hukum), dan bertuliskan nama orang + marga nya. Kebanyakan mereka orang batak juga. Kenapa ya?

Kenapa Orang Batak Banyak Jadi Pengacara?

Kenapa Orang Batak Banyak Jadi Pengacara
Memang kebanyakan putra batak memilih profesi sebagai pengacara, ditandai dengan banyaknya mereka yang mengambil jurusan hukum ketika kuliah. Bahkan pengacara batak lah yang laku keras di pasaran, sebutlah Hotman Paris, Otto Cornelis Kaligis, Hotma Sitompul, dan masih banyak lagi.

Menurut pengamatan saya, ada 2 penyebab utama kenapa orang batak banyak jadi pengacara.
  1. Tutur bahasa yang mantap.
  2. Jago diskusi, apalagi berdebat.

Umpama Umpasa, Falsafah Batak, Makna Tersirat dari Ucapan

Sama seperti suku-suku lain di Indonesia, setiap suku memiliki sejenis pantun, petuah-petuah, atau perumpamaan. Suku batak sangat menjunjung erat budaya berbahasa ini, jika saya berkumpul dengan keluarga, baik itu di acara pernikahan, kematian, atau perkumpulan-perkumpulan rutin, pasti sering sekali mendengar umpasa-umpasa, atau umpama, dan lain-lain.

Ada banyak sekali jenis falsafahnya. Semua teknik berbahasa ini selalu digunakan oleh orang batak, dan sudah mendarah daging. Jika berkumpul dengan orang-orang batak, tak ada diskusi yang terlewatkan tanpa kata-kata perumpamaan.

Supaya tidak bingung, seperti ini contoh kata yang saya maksud: “Ikkon benget ma ho marroha, jala pattun maradophon natua tua”. Potongan lirik lagu Poda dari om Vicky Sianipar.
  • Arti: Ingat yang punya hati, santun sama yang tua.
  • Makna: Kamu harus bisa menjaga hatimu, agar selalu santun kepada orang tua (semua orang yang lebih tua).
Udah mantap kelen rasa? Ada lagi umpama atau perumpamaan. Katanya: “Jempek do pat ni gabus”.
  • Kalau diartikan satu persatu: Jempek itu artinya pendek, do itu bisa jadi “lah, nya, kah, imbuhan, penghubung juga bisa”, ni artinya nya, pat itu artinya kaki, gabus artinya bohong, berbohong, kebohongan.
  • Jadi artinya: pendek lah kakinya bohong.
    Aneh kan?
  • Maknanya adalah: Kebohongan (gabus) itu tidak akan bertahan lama (pendek), sehebat apapun orang menutupi kebohongannya, pasti akan terbongkar.
Jadi, ketika orang batak berdiskusi atau bercerita, kalimat-kalimat perumpamaan pasti sering terucap oleh mereka. Saya rasa ini cukup unik, kalau kalian ingin lebih banyak contoh, dengarkan saja lagu lagu batak, aneh-aneh memang, tapi banyak makna setiap perkataannya.

Tutur bahasa yang mantap itulah alasan awal kenapa orang batak banyak yang jadi pengacara. Mereka punya banyak kosakata yang bisa dimain-mainkan. Rata-rata orang batak pasti pintar dalam bermain kata-kata.

Dari Kecil Sudah Diajarkan

Kalau sedang berlibur ke kampung (Simarjarunjung, daerah Danau Toba), saya sering memperhatikan mereka-mereka yang sedang berbincang, baik dari yang kecil sampai yang tua-tua. Emangnya anak kecil bisa main umpasa?

Belum bisa.. tapi mereka sudah lebih hebat bahasa bataknya dari saya. Kadang kalau makan malam bersama, mereka anak-anak biasa mengatakan.
  • “Hunga mangan ho bapa?”
  • “Hunga mangan ho abang”

Artinya, kau udah makan pak? Kau dah makan bang? Terdengar ga sopan untuk sebagian orang, tapi… di suku batak, kalimat ini melambangkan keakraban antara anak-anak dengan orang dewasa.

Dari kecil, putra putri batak tidak diajarkan dengan bahasa-bahasa anak seperti “mamam, capa namamuh, mana cenyumnyaa, mana mata genitnya mana mata genitnya”

Bukan, bukan, bukan seperti orang batak dalam mengajarkan bahasa kepada anak-anaknya. Selain bermakna, bahasa batak terdengar lebih frontal, langsung ke titik permasalahan, langsung ke informasi inti, tidak bertele-tele.

Warung Tuak, Koran, Tuak, dan Orang Batak

Kalau leluconnya orang bilang:  “Batak parbada”. (Batak tukang berantem), atau... ...batak partiga-tiga “batak tukang jualan/dagang”. Begitu pun bolehlah, terserah orang mau bilang apa. Hehe

Kelen tau gak? Di kampung saya itu, ada warung kopi, sebutlah itu parkode tuak, atau lapo. Disitulah banyak kaum-kaum ayah yang ngopi dari pagi sampe malam. Banyak yang mereka bahas disana.
Cuma berbahankan koran, kopi, dan tuak saja, (tanpa internet).

Mereka bisa membahas seluruh fenomena di dunia ini, dari yang namanya politik, ekonomi, bisnis, ah semuanya. Banyak orang yang bilang “Kalo orang batak ngobrol, terdengar seperti sedang berkelahi (cekcok).” hahaha, memang seperti itu gayanya, tapi itu bukan lagi berkelahi atau berantem.

Orang batak punya prinsip “Purpar pande dorpi laho padimposhon, sip parmihimihim laho menegai!” Jadi, sehebat apapun perdebatan/diskusi orang batak, ujung-ujungnya pasti berakhir dengan baik, ga ada yang diakhiri dengan baku pukul. (Ah itu buktinya di televisi sampe anarkis thur).

Bukan yang disana yang saya bahas, ini yang saya bahas orang-orang di warung tuak. Hehehe, tapi prinsipnya seperti itu memang. Akibatnya apa, jika orang batak melakukan ini dengan suku lain, banyak mereka yang jadi baper dan sakit hati.

Baca Juga: Kenapa Orang Batak Banyak Merantau

Budaya Kumpul Keluarga

Satu kebiasaan unik orang batak yang jarang dimiliki oleh suku lain adalah kebiasaan mereka dalam kumpul keluarga. Jika kalian mengenal orang batak yang masih menjunjung budaya ini, coba saja perhatikan rumah mereka.

Maksud saya, pasti mereka menyediakan satu pelataran khusus dirumahnya. Semakin lebar, berarti keluarga tersebut semakin dianggap keluarga tertua diantara keluarga-keluarga lainnya. Apa tujuan dibuat pelataran tersebut? Sebagai tempat berkumpul.

Biasanya setelah makan malam, atau sarapan pagi. Ingat ya, pelataran. Tidak ada meja dan kursi makan. Semua orang duduk lesehan. Orang batak sangat disarankan untuk berkunjung dan berkumpul di rumah keluarganya yang tertua, jika masih ada Opung (nenek/kakek).

Maka semua anak-anaknya berkumpul disana. Kalau tidak, anak paling besar, dan seterusnya. Acara ini rutin, bisa bulanan, bisa 6 bulan sekali, bisa setahun sekali, tergantung harga cabe.

Tadi saya katakan budaya ini jarang dimiliki oleh suku lain.. maksudnya.. dari segi pembicaraannya. mereka semua serius dalam satu pokok pembicaraan. Titik perhatian tidak kemana-mana, semua fokus menyatu. Tidak ada perkumpulan di dalam perkumpulan, semuanya ngumpul di pelataran membahas satu permasalahan.

Darisinilah orang batak melakukan silaturahmi secara rutin, bermusyawarah jika ada suatu masalah, dan tentunya, darisinilah putra-putra batak belajar dalam berargumentasi. Iya putra-putra. Biasanya yang ibu-ibu selalu jadi penonton, dan menyiapkan hidangan, yang bapak-bapak pemegang kendali penuh! Hahahaha

Makanya kalau orang bilang, bapak bapak batak itu kerjanya ngobrol terus. Istri diladang, suami di kede (kedai=warung). Suami ngobrol, istri masak. Hahha, jangan diambil pusing, belum tentu benar itu, faktanya lelaki batak itu paling pantang membiarkan anak istri mereka hidup dalam susah.

Kalau orang batak bilang “Anakni Raja”, semua kita baik perempuan maupun laki-laki adalah anaknya raja. Tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan.
Makanya perempuan batak juga ga kalah sangar dalam menjalani kehidupan.

Jadi,  selain orang batak memiliki kultur bahasa yang mantap, mereka sering menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, rutin. Baik itu di warung, di rumah, dimana saja, orang batak memang berwatak seperti, mereka suka bercerita.

Saya kasitau sebuah rahasia (cara membuat opung-opung bahagia). “Satu hal yang yang membuat Opung (kakek/nenek) atau orang-orang tua batak bahagia adalah, dengan cara mendengarkan semua ceritanya. Ajak mereka bercerita, mereka senang”.

Terakhir: Pantang Bubar Sebelum Kelar

Dengan kata lain, “Apa yang kau mulai, harus bisa kau selesaikan!”.

Prinsip ini banyak penerapannya, implementasinya beragam. Jika ada sebuah diskusi yang belum sampai ke titik kesepakatan, sebisa mungkin mereka berupaya menyelesaikan.
Begitu juga dalam bekerja, berbisnis, orang batak tidak terbiasa melakukan sesuatu dengan tanggung-tanggung.

Contoh kecilnya, orang tua batak jika menyelediki permasalahan anaknya, harus tuntas!
Jika seorang anak melakukan kesalahan, atau menghadapi suatu masalah. Si anak akan ditanya dari awal sampe akhir.

Iya, sampai akhir. Sampai ketemu kesimpulannya, apa masalah si anak, dan bagaimana solusinya.
Pernah liat video yang bilang: “Aku janji ga bandal lagi ya mak” Pernah gak? Ini video lumayan viral beberapa waktu lalu. Kalau belum coba cari-cari di youtube.

Dari sana kita sedikit menyimpulkan perilaku orang batak dalam menyelesaikan sebuah masalah. Jika ditemukan si anak bersalah, orang tua harus bisa meyakinkan anak tersebut tidak mengulangi kesalahannya.

Seperti itu lah orang batak dalam melakukan sesuatu, harus tuntas. Makanya cocok kali lah kurasa kalok orang batak jadi pengacara. Kalok menurutmu, cemana korasa?

0 comments:

Post a Comment

Berkomentarlah dengan bijak